Reisa Kartikasari
Tak banyak yang tahu bahwa Putri Indonesia Lingkungan Hidup 2010 Reisa Kartikasari, 24, bekerja sebagai staf forensik di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta, sebelum menjadi runner-up I Putri Indonesia 2010. Perempuan cantik itu menyatakan sudah terbiasa membedah mayat.
“Ketika mendengar saya bekerja sebagai staf forensik, memang banyak yang tidak percaya,” kata alumnus Universitas Pelita Harapan (UPH) 2009 tersebut kemarin (10/11), saat bertandang ke redaksi Jawa Pos di Jakarta.
Rasanya wajar kalau banyak yang tidak percaya. Melihat penampilannya yang feminin dan berkulit putih mulus, pasti orang tidak akan mengira bahwa perempuan yang sudah bergelar dokter itu mau berurusan dengan mayat. “Kalau dengan mayat, saya sih sudah terbiasa,” imbuhnya.
Dia awalnya memang merasa takut ketika bekerja di kamar mayat. Reisa bercerita tentang pengalaman saat diminta membantu otopsi. “Hari pertama saya sudah disodori gergaji untuk membelah kepala. Itu sudah seperti shock therapy buat saya. Tapi, lama-lama biasa saja kok,” lanjutnya.
Setelah dia menjadi staf forensik, aktivitas otopsi memang tidak sering dilakukan. Pekerjaan mahasiswi S-2 jurusan kesehatan masyarakat itu lebih ke arah administratif, antara lain, mengumpulkan data-data. Misalnya, ketika ada bom meledak di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott di Kuningan pada 17 Juli 2009, Reisa ikut bertugas mengurus data korban.
“Termasuk mencocokkan data DVI (disaster victim identification, Red). Untung, waktu itu tidak ada yang tahu bahwa sayalah yang mengumpulkan data-datanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar